Bahasa
Indonesia digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks tersebut yangmenentukan
ragam bahasa Indonesia yang digunakan. Terdapat berbagai macamragam bahasa
Indonesia, misalnya saja seseorang yang menggunakan bahasaIndonesia dalam orasi
politik menggunakan ragam bahasa yang berbeda dariorang lain yang
menggunakannya untuk menyampaikan khotbah jumat atau bahan kuliah (Anshari
dkk, 2013:41).
Pembahasan
lebih lanjut dalam tulisan ini lebih mengkhusus pada bahasaIndonesia ragan
ilmiah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam duniaakademik/ilmiah, ragam bahasa
Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah,yang memiliki ciri khas: cendikia,
lugas dan jelas, menghindari kalimatfragmentaris, bertolak dari gagasan, formal
dan objektif, ringkas dan padat, dankonsisten (Anshari dkk, 2013:41).
Pengertian
dan karakteristik dari ragam ilmiah perlu untuk diketahui khususnya bagi pelajar atau mahasiswa yang senantiasamenggunakanbahasa Indonesia
ragam ilmiah dalam dunia kependidikannya. Maka dari itu, tulisan ini
hadir sebagai salah satu media untuk membantu mahasiswa memahami tentang
bahasaIndonesia ragam ilmiah, memahami tentang karakteristik dan ciri-ciri
ragam ilmiah.
Pengertian
Ragam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai
keperluantentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan
situasi dan kondisi.Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang
dinamakan ragambahasa.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik, yang biasa
digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan
dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor,
atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi
tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Macam-macam Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Media
Di
dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula
kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata
baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri
kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau
instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu
digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam
pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
ragam yang bersangkutan
Suatu
ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat
menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan
ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan
(Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ragam bahasa lisan
Adalah
ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan
didukung oleh situasi pemakaian.
Namun, hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata
serta kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam
situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan
dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri
ragam lisan :
1)
Memerlukan orang
kedua/teman bicara;
2)
Tergantung situasi,
kondisi, ruang & waktu;
3)
Hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh.
4)
Berlangsung cepat;
5)
Sering dapat
berlangsung tanpa alat bantu;
6)
Kesalahan dapat
langsung dikoreksi; dan
7)
Dapat dibantu dengan
gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam lisan
diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang bincang, dan masih banyak
lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari,
terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh
aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
b. Ragam bahasa tulis
Ragam
bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata
lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata
bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata,
kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh
dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam
ragam bahasa
tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama
dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri
Ragam Bahasa Tulis :
1)
Tidak memerlukan
kehadiran orang lain;
2)
Tidak terikat ruang dan
waktu;
3)
Kosa kata yang digunakan
dipilih secara cermat;
4)
Pembentukan kata
dilakukan secara sempurna;
5)
Kalimat dibentuk dengan
struktur yang lengkap;
6)
Paragraf dikembangkan
secara lengkap dan padu;
7)
Berlangsung lambat; dan
8)
Memerlukan alat bantu.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutup
a. Ragam bahasa
berdasarkan daerah (logat/dialek)
Luasnya
pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia
yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli.
Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa
Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat
melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain.
Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu,
kitha, cantik, dll.
b. Ragam bahasa
berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal
dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas.
Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek,
pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata
bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu
bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya
dipakai.
c. Ragam bahasa
berdasarkan sikap penutur
Ragam
bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain
resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur
atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika
terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan
digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan
kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai
dalam :
1)
Pembicaraan di muka
umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan
kuliah/pelajaran.
2)
Pembicaraan dengan
orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan
pejabat.
3)
Komunikasi resmi,
misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
4)
Wacana teknis, misalnya
laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
3. Ragam Bahasa Menurut Pokok Persoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam
bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers.
Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang
digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi.
Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini
dikenal pula dengan istilah laras bahasa
Perbedaan
itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan
yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara
adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi,
anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer
banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda
sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang
berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya
ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.
Pengertian
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yangdigunakan sesuai dengan situasi
pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara,tempat pembicaraan, dan ragam
pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam
Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah,
dantata bahasa).
Menurut Anton M.
Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,1980), berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragambahasa yang serasi dengan
sasarannya dandisamping itu mengikuti kaidahbahasa yang benar.Ungkapan bahasa
Indonesia yang baik dan benar,mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dankebenaran.
Ada lima laras bahasa
yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuaiderajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1) Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi
hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci,
putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2) Ragam resmi (formal); digunakan dalam
komunikasi resmi seperti pada pidato,rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3) Ragam konsultatif (consultative); digunakan
dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti
dalam percakapan di sekolah dan dipasar.
4) Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana
tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan
akrab.
5) Ragam akrab (intimate). digunakan di antara
orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang baik dan benar memiliki empat fungsi:
1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam
bahasa dengan mengatasi batas- batas kedaerahan;
2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan
identitas bangsa dalam pergaulandengan bangsa lain;
3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan
dan yang terpelajar; dan
4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat
tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
sumber :
https://www.academia.edu/8108515/BAHASA_INDONESIA_DENGAN_BERBAGAI_RAGAMNYA
http://www.slideshare.net/tyyadelatorres/bi-makalah-ragam-bahasa-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar