Gaya
hidup di Jepang berubah secara dramatis setelah Perang Dunia ke-2, ketika
banyak sekali orang dari daerah pindah ke kota-kota besar untuk mencari nafkah
sebagai karyawan kantoran. Dengan tumbuhnya kota-kota, baik ukuran maupun
populasinya, makin banyak orang yang pergi-pulang dari apartemen atau rumah
mereka di pinggiran kota ke tempat kerja mereka di kawasan-kawasan pusat kota.
Dulu rumah-tangga tradisional terdiri dari tiga generasi atau lebih yang hidup
di dalam satu rumah. Dewasa ini rumah-tangga perkotaan cenderung terdiri dari
orangtua dan anak-anak saja, sedangkan kakek-nenek tinggal di tempat lain.
1. RUMAH
Rumah
tradisional Jepang dibuat dari kayu dan ditunjang tiang-tiang kayu. Namun
dewasa ini rumah Jepang biasanya mempunyai kamar-kamar bergaya Barat dengan
lantai kayu dan kerap dibangun dengan tiang-tiang baja. Lagi pula, makin banyak
keluarga di kawasan perkotaan tinggal di gedung-gedung apartemen baja beton
yang besar.
Ada
dua perbedaan besar dengan rumah Barat, yakni orang tidak mengenakan sepatu di
dalam rumah dan setidaknya ada satu ruang yang cenderung dirancang dalam gaya
Jepang, berlantaikan tatami. Orang melepaskan sepatu begitu memasuki rumah agar
lantai rumah tetap bersih. Genkan,
jalan masuk, merupakan tempat untuk melepaskan sepatu, meletakkannya, dan
mengenakannya kembali. Setelah melepaskan sepatu, orang Jepang mengenakan
sandal rumah.
Tatami
adalah sejenis tikar tebal yang dibuat dari jerami, sudah dipakai di rumah
Jepang sejak sekitar 600 tahun yang lalu. Sehelai tatami biasanya berukuran
1,91 x 0,95 meter. Ukuran ruang/kamar biasanya didasarkan pada jumlah tatami.
Lantai tatami terasa sejuk pada musim panas dan hangat pada musim dingin, dan
tetap lebih segar daripada karpet selama bulan-bulan lembab di Jepang.
2.
MAKANAN
Istilah
untuk makan dalam bahasa Jepang adalah gohan. Kata ini sebenarnya menunjukkan
nasi, tapi karena nasi merupakan
makanan pokok bagi orang Jepang, maka gohan sudah diartikan sebagai nasi dengan
lauk pauknya. Makan tradisional Jepang terdiri dari semangkuk nasi putih,
dengan lauk utama (ikan atau daging), lauk pelengkap (biasanya sayuran), sup
(biasanya sup miso), dan acar sayur. Nasi Jepang lengket (seperti ketan),
sehingga cocok untuk dimakan dengan sumpit.
Orang
Jepang dewasa ini makan berbagai jenis makanan dari seluruh dunia, terutama
dari Eropa, Amerika Utara, dan Asia. Selain nasi, orang Jepang makan roti, mie,
dan pasta, dan menyukai beraneka macam masakan daging, ikan, sayuran, dan
buah-buahan. Sushi, tempura, sukiyaki, dan jenis-jenis makanan Jepang yang
terkenal di dunia, tentu saja juga populer di Jepang.
Di
kota-kota besar, khususnya, terdapat banyak restoran cepat-saji yang
menyediakan burger dan fried chicken, yang populer terutama di kalangan muda
dan anak-anak.
Sebelum
makan, orang Jepang mengucapkan “itadakimasu“,
ungkapan sopan yang berarti “Saya terima makanan ini.” Hal ini merupakan
pernyataan terima kasih kepada siapa pun yang telah terlibat dalam menyiapkan
makanan tersebut. Setelah makan, orang Jepang menyatakan terima kasih lagi
dengan menyebutkan “gochisosama
deshita“, yang secara harfiah berarti “Terima kasih atas hidangan
mewah yang lezat dan berlimpah.”
3.
PAKAIAN
Pakaian
tradisional Jepang adalah kimono. Pada umumnya kimono dibuat dari sutera,
berlengan besar yang menjulai dari bahu hingga ke tumit. Obi adalah ikat
pinggang lebar kimono. Dewasa ini kimono biasanya hanya dikenakan pada
kesempatan-kesempatan khusus saja, seperti Tahun Baru, festival Shichi-Go-San,
upacara pernikahan, dan upacara wisuda.
Dibandingkan dengan pakaian Barat, kimono cenderung membatasi gerak dan diperlukan lebih banyak waktu untuk mengenakannya dengan baik. Sedangkan pada musim panas, anak-anak dan orang dewasa muda mengenakan jenis kimono ringan informal yang dikenal sebagai yukata di festival, pesta kembang-api, serta berbagai kesempatan khusus lainnya. Namun dalam kehidupan sehari-hari, orang muda cenderung lebih suka mengenakan pakaian yang memudahkannya bergerak, seperti kaos, celana jeans, kaos polo, dan sweat suits. |
4.
SEKOLAH
Sistem persekolahan di
Jepang pada dasarnya meliputi sekolah dasar (enam tahun), sekolah menengah
pertama (tiga tahun), sekolah menengah atas (tiga tahun) dan universitas (empat
tahun). Pendidikan bersifat wajib hanya selama sembilan tahun, yaitu enam tahun
di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah. Sebanyak 97% siswa
meneruskan pendidikannya ke sekolah menengah atas. Untuk masuk sekolah menengah
atas dan universitas, siswa harus mengikuti ujian masuk dulu. Di sekolah
negeri, selama pendidikan wajib, para siswa bebas uang sekolah dan mendapat
buku-buku pelajaran secara gratis. Tapi, mereka membayar biaya makan siang dan
uang ekstra kurikuler.
Anak-anak Jepang masuk
kelas satu di sekolah dasar pada bulan April setelah ulang tahun mereka ke-6.
Dalam satu kelas sekolah dasar terdapat sekitar 30 hingga 40 orang siswa. Mata
pelajaran yang mereka pelajari meliputi bahasa Jepang, matematika, sains, ilmu
sosial, musik, kerajinan tangan, pendidikan jasmani, dan home economics (belajar
ketrampilan memasak dan menjahit yang sederhana). Makin banyak sekolah dasar
yang mulai mengajarkan bahasa Inggris juga. Teknologi informasi makin banyak
dipakai untuk meningkatkan pendidikan, dan kebanyakan sekolah mempunyai
jaringan Internet.
Para siswa juga belajar
berbagai seni tradisional Jepang seperti shodo (kaligrafi) dan haiku. Shodo dilakukan dengan
mencelupkan kuas ke dalam tinta untuk menulis huruf kanji (jenis huruf yang
berasal dari China) dan kana (huruf
fonetis yang berasal dari kanji) secara indah. Haiku adalah bentuk
puisi yang berkembang di Jepang sekitar 400 tahun yang lalu, berupa syair
pendek yang terdiri dari 17 sukukata, terbagi atas satuan lima, tujuh, dan lima
suku-kata. Haiku memakai ungkapan sederhana untuk menyampaikan emosi yang
mendalam kepada pembacanya.
Di sekolah-sekolah dasar
Jepang, kelas terbagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan banyak
kegiatan. Misalnya, sebagai bagian dari pendidikan mereka, setiap hari para
siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut membersihkan ruang kelas, aula,
dan pekarangan sekolah.
Di banyak sekolah dasar,
para siswa menikmati makan siang yang disiapkan oleh sekolah atau oleh “pusat
pengadaan makan sekolah” setempat. Kelompok siswa bergiliran melayani makan
siang rekan-rekan sekelasnya. Makan siang sekolah mencakup beraneka makanan
sehat dan bergizi, dan para siswa dengan senang menanti tibanya waktu makan
siang.
Ada banyak event sekolah
sepanjang tahun ajaran, seperti hari olahraga, yaitu hari bagi para siswa untuk
bertanding dalam berbagai acara pertandingan, seperti tarik-tambang dan lomba
estafet, piknik ke tempat-tempat bersejarah dsb. Juga ada berbagai festival
seni dan budaya yang menampilkan tari-tarian serta berbagai pertunjukan lainnya
oleh siswa. Para siswa dari kelas-kelas teratas dari sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, dan sekolah menengah atas, juga mengikuti perjalanan wisata
yang berlangsung beberapa hari ke kota-kota budaya yang penting seperti Kyoto
dan Nara, resor bermain ski, dan tempat-tempat lain. Kebanyakan sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas mewajibkan para siswa untuk
mengenakan pakaian seragam. Anak laki-laki memakai celana dan jaket dengan
kerah berdiri, dan anak-anak perempuan mengenakan blazer dan rok.
Hampir
semua siswa sekolah menengah pertama ikut dalam kegiatan klub ekstra-kurikuler
pilihan mereka, seperti ikut tim olahraga, grup musik atau seni, atau klub
sains.
Klub
bisbol sangat populer di kalangan anak laki-laki. Klub sepak bola juga makin
populer sejak Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2002 bersama Republik
Korea. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan tertarik bergabung dalam klub
judo, di mana mereka berlatih seni bela-diri tradisional ini. Mungkin mereka
terilhami oleh banyak atlit judo Jepang yang hebat, baik pria maupun wanita,
yang telah memenangkan medali pada Kejuaraan Dunia Judo dan Olimpiade. Klub
olahraga yang populer lainnya adalah klub tenis, bola basket, gimnastik
(senam), dan bola voli. Banyak pertandingan diadakan antar sekolah dan pada
tingkat regional untuk masing-masing cabang olahraga, dengan demikian para
siswa mendapat banyak kesempatan untuk bertanding.
Sementara
itu, di antara klub-klub kebudayaan, ada klub yang semakin populer, yaitu klub
go. Go adalah
permainan papan yang bersifat strategis, dimainkan dengan butiran batu pipih
berwarna hitam dan putih. Begitu sebuah manga (komik) mengenai permainan go
diterbitkan, makin banyak anak sekolah yang mulai menikmati permainan go.
Pilihan lainnya bagi siswa adalah mengikuti paduan suara dan klub seni. Klub
brass-band, upacara minum teh, dan seni merangkai bunga, juga populer.
5.
KEGIATAN DILUAR SEKOLAH
Anak-anak Jepang
menggunakan waktu luangnya dengan macam-macam cara. Video games, seperti yang
dibuat Sony dan Nintendo misalnya, sangat populer. Akan tetapi, anak-anak
Jepang juga bermain di luar : sepak bola, bisbol atau loncat tali. Ada juga
yang suka mengumpulkan stickers atau setip dan saling menukarkannya dengan
teman-temannya.
Anak-anak yang kecil suka
menonton anime (film kartun) di televisi. Setelah berusia 10 tahun atau lebih,
banyak anak mulai menonton sinetron drama serta aneka hiburan. Mereka juga
membeli CD dan menghiasi kamarnya dengan poster-poster bintang pop favorit
mereka.
Di Jepang terdapat banyak
mainan dan permainan tradisional yang menjadi hiburan bagi anak-anak selama
berabad-abad. Origami,
misalnya, adalah kegiatan yang setidaknya pernah sekali mereka coba, yaitu
melipat-lipat kertas persegi empat dan berwarna, menjadi berbagai bentuk
seperti perahu, bangau, dan topi helm kuno.Beigoma, yang populer di kalangan anak
laki-laki, adalah sebuah permainan di mana beberapa anak memutar gasing pada
waktu yang bersamaan. Pemenangnya adalah pemain yang gasingnya paling lama
berputar. Banyak anak perempuan senang bermain ohajiki, yaitu menjentik
sebuah kelereng kaca pipih untuk mengenai kelereng lainnya. Kelereng yang
terkena, boleh diambil.
Anak-anak Jepang juga suka
ikut dalam berbagai kegiatan musiman bersama keluarga mereka, khususnya kala
liburan musim panas ketika mereka pergi ke kolam renang atau ke pantai. Dari
musim panas sampai dengan musim gugur, banyak anak menikmati acara berjalan
kaki dan berkemah di pegunungan, dan selama musim dingin, mereka terkadang
pergi main ski atau snowboarding di banyak
pusat-pusat rekreasi musim dingin di Jepang.
Anak-anak kerap ikut les
privat di luar sekolah, untuk belajar berenang atau main piano, misalnya. Yang
lain bergabung dengan tim bisbol atau sepak bola setempat. Juga, untuk
meningkatkan atau melengkapi pelajaran mereka, banyak anak mengikuti les
tambahan privat yang disebut juku.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar