Minggu, 13 April 2014

RAGAM BUDAYA DI JEPANG


1.     Akiba Kei
Akiba Kei adalah istilah slang dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan budaya, kecenderungan gaya berpakaian, dan tingkah laku dari kelompok orang yang termasuk golongan otaku dan berkumpul di distrik pusat elektronik Akihabara, Tokyo.
Akiba-kei bisa dibilang merupakan gaya dari orang-orang yang kurang memikirkan masalah penampilan atau pakaian, karena terlalu terobsesi dengan hobi yang bisa dipenuhi di Akihabara. Umumnya, yang dijuluki Akiba-kei adalah orang-orang yang dianggap nyentrik atau aneh, dan bisa juga karena terlalu sering mangkal di Akihabara.

2.     Anime
adalah animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang.
Kata anime tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter katakana a, ni, me (アニメ) yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris “Animation” dan diucapkan sebagai “Anime-shon”.


3.     Bukkake
dalam bahasa Jepang berarti”diguyur” substansi cairan, merupakan salah satu bentuk variasi dalam berhubungan seksual yang tidak lazim, hal ini dikarenakan didalam hubungan seksual tersebut yang terlibat satu orang wanita sedangkan pria biasanya diatas 10 orang (lazimnya antara 5 sampai 50 orang), adegan ini di mulai dengan hubungan sex normal antara seorang pria dengan seorang wanita, sementara pria dan wanita tadi mulai melakukan hubungan seksual, pria-pria yang lain mulai bermasturbasi. Kadang-kadang dalam film porno Jepang mereka juga ikut berhubungan intim (berhubungan intim bersama-sama disebut gangbang)yang istimewa disini bukanlah hubungan intimnya tapi para pria tersebut melakukan ejakulasi di tubuh si wanita (terutama di bagian wajah) sehingga tubuh atau wajah si wanita penuh dengan cairan mani.

4.    Bunraku
Bunraku adalah sandiwara boneka tradisional Jepang yang merupakan salah satu jenis ningyo johruri (人形浄瑠璃, ningyō jōruri?, boneka jōruri). Istilah bunraku khususnya digunakan untuk ninyo johruri (sandiwara boneka dengan pengiring musik johruri) yang berkembang di Osaka. Jōruri atau ditulis sebagai johruri adalah sebutan untuk naskah dalam bentuk nyanyian. Penyanyi johruri disebut tayū, dan menyanyi dengan iringan musik shamisen.
Kesenian ini bermula dari pementasan ningyo johruri oleh seniman Uemura Bunrakuken I di Osaka sehingga diberi nama “bunraku”. Sebelumnya, kesenian ini juga disebut ayatsuri jōruri shibai (sandiwara johruri ayatsuri), dan baru secara resmi dinamakan bunraku sejak akhir zaman Meiji (1868-1912).

5.  Cosplay
Cosplay dalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata “costume” (kostum) dan “play” (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer.

Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.

6.     Daruma
adalah boneka sekaligus mainan asal Jepang dengan bentuk hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong serta tidak memiliki kaki dan tangan. Model dari benda ini adalah Bodhidharma, pendiri dari Zen.

Boneka ini merupakan pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum tercapai. Daruma dijual dengan kedua belah mata yang belum digambar. Orang yang ingin harapan atau cita-citanya terkabul menggambar salah satu sisi dari kedua matanya dengan kuas dan tinta. Bila harapan orang tersebut sudah tercapai, daruma akan menerima mata yang satunya lagi.

7.     Fukubukuro
adalah kantong berisi berbagai barang yang dijual toko serba ada atau pusat perbelanjaan di Jepang pada hari pertama toko mulai dibuka setelah libur tahun baru.

Barang yang diisikan ke dalam kantong biasanya berupa pakaian, tas, sepatu, atau makanan yang sedang digemari orang banyak. Total harga barang yang diisikan ke dalam kantong biasanya bernilai tiga kali lipat dari harga fukubukuro.

Pembeli tidak bisa melihat barang yang ada di dalam kantong, tapi biasanya barang-barang yang dimasukkan ke dalam kantong selalu barang yang baru dan bagus. Pihak toko juga biasanya tidak mengumumkan jumlah dan jenis barang dan seringkali barang dimasukkan secara acak ke dalam kantong.

Pembeli sering beruntung bila kebetulan menyukai semua barang yang ada di dalam kantong, tapi sering juga merugi kalau barang tidak sesuai dengan selera. Pembeli sering mengajak anggota keluarga atau teman sewaktu membeli fukubukuro agar bisa saling bertukar barang yang tidak disukai.

8.  Geisha
Geisha adalah seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. “Geisha” dilafalkan dalam bahasa Inggris:/ˈgeɪ ʃa/ (“gei-” – “may”). Di Kansai, istilah “geiko” (芸妓) dan geisha pemula “maiko” () digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah “maiko” hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa (“gei-” – “key”) atau “gadis geisha” umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi.

9.  Genbuku
Genbuku atau Genpuku adalah ritus peralihan untuk menandai usia yang dianggap cukup umur bagi anak laki-laki dari kalangan samurai dan kuge (bangsawan istana) di Jepang. Upacara kedewasaan ini juga disebut Kakan (加冠) (Hatsukan) karena hiasan kepala (mahkota) yang disebut kanmuri dikenakan untuk pertama kalinya oleh anak laki-laki yang menjalani inisiasi. Genbuku dikenal sejak zaman Heian, dan sudah tidak pernah dipraktikkan lagi sejak zaman Meiji. Selain itu, upacara cukup umur bagi anak perempuan disebut Mogi (裳着).

10.     Hagoita
adalah raket kayu berbentuk persegi panjang di Jepang. Ada hagoita yang dapat dipakai orang untuk bermain hanetsuki, dan ada pula hagoita yang hanya untuk hiasan.
Raket ini dulunya hanya dipakai untuk bermain tepuk-tepukan kok tanpa jaring. Namun hagoita perlahan-lahan berubah makna menjadi jimat penangkal bahaya. Pada zaman Edo, hagoita berhias gambar-gambar aktor kabuki menjadi sangat populer dan sekarang dianggap sebagai benda seni bernilai tinggi di Tokyo.
Di Sensō-ji, Tokyo dari 17 Desember hingga 19 Desember setiap tahunnya diadakan Pasar Hagoita yang ramai didatangi pengunjung. Kota Kasukabe, Prefektur Saitama dan Kota Saitama Iwatsuki-ku merupakan pusat produksi hagoita dengan gambar timbul (oshi-e hagoita) yang di dalamnya diisi kapas.

11.     Kabane
Kabane adalah gelar yang menunjukkan keturunan serta kedudukan yang diberikan Kekaisaran Yamato kepada klan yang berpengaruh di Jepang zaman kuno.

Kabane yang menunjukkan jabatan di dalam istana, misalnya: Kuni no miyatsuko, Agata no nushi, dan Inagi. Kabane yang menunjukkan kedudukan, status atau posisi, di antaranya adalah: Kimi, Omi, Muraji, Miyatsuko, Atai, dan Obito. Keluarga kerajaan Baekje yang melarikan diri ke Jepang mendapat gelar Konikishi. Tokoh yang menempati kedudukan paling tinggi dalam peringkat Omi disebut Ōomi, sedangkan kedudukan paling tinggi dalam Muraji disebut Ōmuraji.

12.     Kabuki
Kabuki adalah seni teater tradisional khas Jepang. Aktor kabuki terkenal dengan kostum mewah dan tata rias wajah yang mencolok.

Kementerian Pendidikan Jepang menetapkan kabuki sebagai warisan agung budaya nonbendawi. UNESCO juga telah menetapkan kabuki sebagai Karya Agung Warisan Budaya



13.     Kadomatsu
Kadomatsu adalah hiasan tahun baru di Jepang berupa ranting daun pinus dan potongan bambu yang dipasang di muka pintu masuk rumah atau gedung. Kadomatsu dipajang secara berpasangan, kadomatsu laki-laki di sebelah kiri dan kadomatsu perempuan di sebelah kanan.

Orang Jepang zaman dulu percaya Kami tinggal di atas pohon. Di tahun baru, arwah leluhur dipercaya kembali ke rumah yang dulu pernah ditinggalinya dalam bentuk Toshigami (dewa tahun), sehingga kedatangannya disambut dengan kadomatsu yang sekaligus dipakai untuk tempat menginap dewa

14.     Karaoke
Karaoke adalah sebuah bentuk hiburan di mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan teks lirik yang ditunjukkan pada sebuah layar televisi. Di Asia, karaoke sangat popular.

Secara etimologis kata karaoke merupakan kata majemuk: “kara” () yang berarti “kosong” (seperti dalam Karate) dan “oke” yang merupakan bentuk pendek dari ‘orkestra’. Karena kata majemuk ini setengah asing (Inggris) dan setengah Jepang, maka ditulis dengan aksara katakana dan bukan kanji.













Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar