1.
Akiba Kei
Akiba Kei adalah istilah slang
dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan budaya, kecenderungan gaya berpakaian,
dan tingkah laku dari kelompok orang yang termasuk golongan otaku dan berkumpul
di distrik pusat elektronik Akihabara, Tokyo.
Akiba-kei bisa dibilang merupakan
gaya dari orang-orang yang kurang memikirkan masalah penampilan atau pakaian,
karena terlalu terobsesi dengan hobi yang bisa dipenuhi di Akihabara. Umumnya,
yang dijuluki Akiba-kei adalah orang-orang yang dianggap nyentrik atau aneh,
dan bisa juga karena terlalu sering mangkal di Akihabara.
2.
Anime
adalah
animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar
berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan
cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya
gambar manga, komik khas Jepang.
Kata anime tampil dalam bentuk
tulisan dalam tiga karakter katakana a, ni, me (アニメ) yang merupakan bahasa serapan dari bahasa
Inggris “Animation” dan diucapkan sebagai “Anime-shon”.
3.
Bukkake
dalam bahasa Jepang
berarti”diguyur” substansi cairan, merupakan salah satu bentuk variasi dalam
berhubungan seksual yang tidak lazim, hal ini dikarenakan didalam hubungan
seksual tersebut yang terlibat satu orang wanita sedangkan pria biasanya diatas
10 orang (lazimnya antara 5 sampai 50 orang), adegan ini di mulai dengan
hubungan sex normal antara seorang pria dengan seorang wanita, sementara pria
dan wanita tadi mulai melakukan hubungan seksual, pria-pria yang lain mulai
bermasturbasi. Kadang-kadang dalam film porno Jepang mereka juga ikut
berhubungan intim (berhubungan intim bersama-sama disebut gangbang)yang
istimewa disini bukanlah hubungan intimnya tapi para pria tersebut melakukan
ejakulasi di tubuh si wanita (terutama di bagian wajah) sehingga tubuh atau
wajah si wanita penuh dengan cairan mani.
4.
Bunraku
Bunraku adalah sandiwara
boneka tradisional Jepang yang merupakan salah satu jenis ningyo johruri (人形浄瑠璃,
ningyō jōruri?, boneka jōruri). Istilah bunraku
khususnya digunakan untuk ninyo johruri (sandiwara boneka dengan pengiring
musik johruri) yang berkembang di Osaka. Jōruri atau ditulis sebagai johruri adalah sebutan
untuk naskah dalam bentuk nyanyian. Penyanyi johruri disebut tayū, dan menyanyi dengan
iringan musik shamisen.
Kesenian ini bermula dari
pementasan ningyo johruri oleh seniman Uemura Bunrakuken I di Osaka sehingga
diberi nama “bunraku”. Sebelumnya, kesenian ini juga disebut ayatsuri jōruri shibai (sandiwara
johruri ayatsuri), dan baru secara resmi dinamakan bunraku sejak akhir zaman
Meiji (1868-1912).
5. Cosplay
Cosplay dalah istilah
bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata
“costume” (kostum) dan “play” (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan
pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh
dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola,
dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar,
cosplayer juga disingkat sebagai layer.
Di Jepang, peserta cosplay
bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic
Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei.
Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di
seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.
6. Daruma
adalah boneka sekaligus
mainan asal Jepang dengan bentuk hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong
serta tidak memiliki kaki dan tangan. Model dari benda ini adalah Bodhidharma,
pendiri dari Zen.
Boneka ini merupakan pembawa
keberuntungan dan lambang harapan yang belum tercapai. Daruma dijual dengan
kedua belah mata yang belum digambar. Orang yang ingin harapan atau
cita-citanya terkabul menggambar salah satu sisi dari kedua matanya dengan kuas
dan tinta. Bila harapan orang tersebut sudah tercapai, daruma akan menerima
mata yang satunya lagi.
7.
Fukubukuro
adalah kantong berisi
berbagai barang yang dijual toko serba ada atau pusat perbelanjaan di Jepang
pada hari pertama toko mulai dibuka setelah libur tahun baru.
Barang yang diisikan ke
dalam kantong biasanya berupa pakaian, tas, sepatu, atau makanan yang sedang
digemari orang banyak. Total harga barang yang diisikan ke dalam kantong
biasanya bernilai tiga kali lipat dari harga fukubukuro.
Pembeli tidak bisa melihat
barang yang ada di dalam kantong, tapi biasanya barang-barang yang dimasukkan
ke dalam kantong selalu barang yang baru dan bagus. Pihak toko juga biasanya
tidak mengumumkan jumlah dan jenis barang dan seringkali barang dimasukkan
secara acak ke dalam kantong.
Pembeli sering beruntung
bila kebetulan menyukai semua barang yang ada di dalam kantong, tapi sering
juga merugi kalau barang tidak sesuai dengan selera. Pembeli sering mengajak
anggota keluarga atau teman sewaktu membeli fukubukuro agar bisa saling
bertukar barang yang tidak disukai.
8. Geisha
Geisha adalah
seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di
Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad
ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya
tidak banyak. “Geisha” dilafalkan dalam bahasa Inggris:/ˈgeɪ
ʃa/
(“gei-” – “may”). Di Kansai, istilah “geiko” (芸妓) dan geisha pemula
“maiko” (舞妓) digunakan sejak
Restorasi Meiji. Istilah “maiko” hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi
ʃa
(“gei-” – “key”) atau “gadis geisha” umum digunakan pada masa pendudukan
Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di Republik Rakyat
Cina, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji”
dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi.
9. Genbuku
Genbuku atau Genpuku
adalah ritus peralihan untuk menandai usia yang dianggap cukup umur bagi anak
laki-laki dari kalangan samurai dan kuge (bangsawan istana) di Jepang. Upacara
kedewasaan ini juga disebut Kakan (加冠) (Hatsukan) karena hiasan
kepala (mahkota) yang disebut kanmuri dikenakan untuk pertama kalinya oleh anak
laki-laki yang menjalani inisiasi. Genbuku dikenal sejak zaman Heian, dan sudah
tidak pernah dipraktikkan lagi sejak zaman Meiji. Selain itu, upacara cukup
umur bagi anak perempuan disebut Mogi (裳着).
10. Hagoita
adalah raket kayu
berbentuk persegi panjang di Jepang. Ada hagoita yang dapat dipakai orang untuk
bermain hanetsuki, dan ada pula hagoita yang hanya untuk hiasan.
Raket ini dulunya hanya
dipakai untuk bermain tepuk-tepukan kok tanpa jaring. Namun hagoita
perlahan-lahan berubah makna menjadi jimat penangkal bahaya. Pada zaman Edo,
hagoita berhias gambar-gambar aktor kabuki menjadi sangat populer dan sekarang
dianggap sebagai benda seni bernilai tinggi di Tokyo.
Di Sensō-ji, Tokyo dari 17
Desember hingga 19 Desember setiap tahunnya diadakan Pasar Hagoita yang ramai
didatangi pengunjung. Kota Kasukabe, Prefektur Saitama dan Kota Saitama
Iwatsuki-ku merupakan pusat produksi hagoita dengan gambar timbul (oshi-e
hagoita) yang di dalamnya diisi kapas.
11.
Kabane
Kabane adalah gelar yang
menunjukkan keturunan serta kedudukan yang diberikan Kekaisaran Yamato kepada klan
yang berpengaruh di Jepang zaman kuno.
Kabane yang menunjukkan
jabatan di dalam istana, misalnya: Kuni no miyatsuko, Agata no nushi, dan
Inagi. Kabane yang menunjukkan kedudukan, status atau posisi, di antaranya
adalah: Kimi, Omi, Muraji, Miyatsuko, Atai, dan Obito. Keluarga kerajaan Baekje
yang melarikan diri ke Jepang mendapat gelar Konikishi. Tokoh yang menempati
kedudukan paling tinggi dalam peringkat Omi disebut Ōomi, sedangkan kedudukan
paling tinggi dalam Muraji disebut Ōmuraji.
12. Kabuki
Kabuki adalah seni teater
tradisional khas Jepang. Aktor kabuki terkenal dengan kostum mewah dan tata
rias wajah yang mencolok.
Kementerian Pendidikan
Jepang menetapkan kabuki sebagai warisan agung budaya nonbendawi. UNESCO juga
telah menetapkan kabuki sebagai Karya Agung Warisan Budaya
13. Kadomatsu
Kadomatsu adalah hiasan
tahun baru di Jepang berupa ranting daun pinus dan potongan bambu yang dipasang
di muka pintu masuk rumah atau gedung. Kadomatsu dipajang secara berpasangan,
kadomatsu laki-laki di sebelah kiri dan kadomatsu perempuan di sebelah kanan.
Orang Jepang zaman dulu
percaya Kami tinggal di atas pohon. Di tahun baru, arwah leluhur dipercaya
kembali ke rumah yang dulu pernah ditinggalinya dalam bentuk Toshigami (dewa
tahun), sehingga kedatangannya disambut dengan kadomatsu yang sekaligus dipakai
untuk tempat menginap dewa
14. Karaoke
Karaoke adalah sebuah
bentuk hiburan di mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan teks lirik
yang ditunjukkan pada sebuah layar televisi. Di Asia, karaoke sangat popular.
Secara etimologis kata
karaoke merupakan kata majemuk: “kara” (空) yang berarti “kosong”
(seperti dalam Karate) dan “oke” yang merupakan bentuk pendek dari ‘orkestra’. Karena
kata majemuk ini setengah asing (Inggris) dan setengah Jepang, maka ditulis
dengan aksara katakana dan bukan kanji.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar